Kualitas udara di Jakarta setiap harinya tidak stabil. Apabila cuaca baik, maka pemandangan gunung terlihat jelas dari tengah kota. Namun, keesokan harinya, pemandangan ini mungkin sudah tidak terlihat lagi. Polusi udara di Jakarta sering kali dipengaruhi oleh angin, bukan hanya karena kota itu sendiri. Anies Baswedan, mantan Gubernur Jakarta, pernah menyebut polusi udara di Jakarta tidak memiliki KTP saat debat Pilpres 2024 pada tahun 2023. Di sisi lain, Gubernur Jakarta saat ini, Pramono Anung, mencari solusi untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta dengan mendorong penggunaan transportasi umum bagi pegawai di lingkungan Pemprov Jakarta pada hari Rabu. Kontribusi dari 65 ribu pegawai yang tidak menggunakan kendaraan pribadi diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas udara di Jakarta. Meskipun demikian, berdasarkan laporan indeks kualitas udara dari situs IQAir, Jakarta belum mencatatkan udara bersih sejak tahun 2017. Jakarta juga sering menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara. Berbagai kategori warna seperti oranye, merah, ungu, dan marun digunakan untuk menunjukkan tingkat kualitas udara di Jakarta. Saat ini, Jakarta berada dalam peringkat 20 kota besar paling berpolusi menurut IQAir dengan kategori warna kuning. Upaya terus dilakukan untuk menjaga kualitas udara di Jakarta agar dapat memberikan udara yang lebih segar bagi warganya di masa depan.