Kematian mendadak sering kali terkait dengan penyakit jantung yang dapat menakutkan bagi banyak orang. Menurut Kementerian Kesehatan, kebanyakan kasus ini disebabkan oleh penyakit genetik pada jantung yang sulit dideteksi tanpa adanya keluhan. Fenomena ini terutama sering terjadi pada individu muda di bawah usia 35 tahun, lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dan diperkirakan terjadi pada 1 dari 50.000 hingga 80.000 orang per tahun.
Salah satu tipe penyakit jantung yang jarang diketahui namun berpotensi menyebabkan kematian mendadak adalah kardiomiopati, sebuah kondisi yang disebabkan oleh kelainan atau kerusakan otot jantung. Menurut Dr. Tang Hak Chiaw, seorang Konsultan Senior Kardiologi di Novena Heart Centre, Singapura, kardiomiopati dapat menyebabkan kematian mendadak terutama pada individu yang menderita kondisi ini sejak masa kanak-kanak atau remaja.
Kardiomiopati merupakan kelompok penyakit otot jantung, termasuk hipertrofik cardiomyopathy (HCM), dilated cardiomyopathy (DCM), dan arrhythmogenic cardiomyopathy (ARVC). Gejala kardiomiopati sering kali tidak teridentifikasi, namun beberapa tanda yang mungkin muncul termasuk perut kembung, detak jantung tidak teratur, nyeri dada, kaki bengkak, pusing, dan pingsan.
Dokter meresepkan pengobatan berdasarkan gejala dan tingkat keparahan kardiomiopati. Tujuan terapi adalah untuk meredakan gejala, mencegah kemungkinan komplikasi, dan meminimalkan risiko perburukan kondisi. Jika pengobatan obat-obatan tidak efektif, pasien mungkin perlu menjalani operasi jantung. Untuk meningkatkan kesadaran tentang kardiomiopati, Dr. Tang merekomendasikan melakukan diagnosis melalui Elektrokardiogram (EKG), Ekokardiogram, dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).