Jakarta, CNBC Indonesia – Gaya hidup orang Jepang terkenal membuat warganya panjang umur. Penelitian terbaru menunjukkan makanan ala Jepang juga bisa mencegah pikun, tetapi hanya terbukti ampuh untuk wanita.
Penduduk Jepang sudah lama ternama sebagai penduduk yang sehat hingga tua. Bahkan, wilayah Okinawa di Jepang dikenal sebagai “Zona Biru” yaitu area yang usia harapan hidup penduduknya jauh lebih panjang dibanding wilayah manapun di dunia.
Fenomena panjang umur di Jepang sering dikaitkan dengan kebiasaan makan mereka.
Penelitian oleh Giovanni Sala dari University of Liverpool dan Shu Zhang dari National Center for Geriatrics and Gerontology menggambarkan khasiat makanan Jepang terhadap perkembangan otak manusia.
Sala dan Shu Zhang melakukan penelitian dengan sampel 1.636 penduduk Jepang berusia 40 hingga 89 tahun.
Mayoritas penduduk Jepang mengonsumsi nasi, ikan, kerang, dan buah sebagai makanan sehari-hari. Namun, fokus penelitian Sala dan Su Zhang adalah menu unik khas Jepang yaitu miso, rumput laut, acar, teh hijau, kacang kedelai, kecambah, dan jamur. Warga Jepang juga sangat sedikit mengonsumsi daging merah dan kopi.
Para warga Jepang yang berpartisipasi sebagai subjek penelitian diminta untuk mencatat semua makanan dan minuman mereka selama tiga hari. Mereka juga diminta untuk memotret hidangan di depan mereka sebelum makan menggunakan sebuah kamera sekali pakai.
Lewat data yang dikumpulkan tersebut Sala dan Su Zhang menghitung rata-rata kalori yang dikonsumsi oleh setiap orang.
Berdasarkan data, sebanyak 589 peserta penelitian mengonsumsi makanan dan minuman khas Jepang. Di sisi lain, sebanyak 697 subjek penelitian mengonsumsi menu khas barat yang penuh dengan karbohidrat olahan, lemak, soda, dan alkohol. Sebanyak 350 orang memakan lebih banyak pangan berserat dibanding rata-rata yang sebagian besar berupa sayur dan buah-buahan.
Kemudian, kedua peneliti mengumpulkan informasi soal gaya hidup dan risiko kesehatan setiap peserta penelitian termasuk ancaman dementia (pikun) berdasarkan genetika. Kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan saat ini juga diperhitungkan.
Data terakhir yang digunakan untuk perbandingan adalah analisis atas penurunan massa otak (atrofi otak) dan penciutan otak (penurunan jumlah neuron) dalam dua tahun, menggunakan MRI.
Hasilnya, perempuan yang punya kebiasaan mengonsumsi menu khas Jepang mengalami “penyusutan otak” lebih lambat dibanding perempuan yang sehari-harinya mengonsumsi makanan khas barat.
Perbedaan signifikan ini hanya ditemukan pada perempuan. Pada subjek penelitian pria, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam perkembangan otak.
Menurut Sala dan Su Zhang, perbedaan yang ditemukan pada pria dan wanita kemungkinan akibat perbedaan dampak nutrisi tertentu. Nutrisi seperti magnesium dan oestrogen yang banyak ditemukan di ikan, kerang, jamur memiliki perlindungan lebih kuat terhadap otak wanita.
Selain itu, pria Jepang juga punya gaya hidup yang lebih berisiko terutama kebiasaan merokok, mengonsumsi mi, dan minuman beralkohol lebih sering dibanding perempuan.
Sala dan Su Zhang menambahkan khasiat dari gaya makan penduduk Jepang juga ditopang oleh makanan yang penuh vitamin, polifenol, dan asam lemak tak jenuh. Semua nutrisi ini dikenal memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang membantu otak dan neuron di dalamnya bekerja lebih baik.
[Gambas:Video CNBC]
(dem/dem)