Ini adalah jenis sutra paling murni di dunia dan diimpor dari Italia,
Makkah (ANTARA) – Pria berkopiah itu tampak fokus menusukkan jarum sulam ke kain berwarna hitam yang terhampar di hadapannya. Jari kiri menekan dari bawah hingga tembus ke atas, sementara tangan kanan dengan cepat menarik jarum yang telah terkait dengan benang sutra bersepuh emas.
Aktivitas tersebut dilakukan pria keturunan Thailand itu berulang kali hingga sebagian kaligrafi ayat Al-Quran tampak terajut indah di kain sepanjang 4 meter itu.
Telunjuk tangan kirinya yang telah berbalut perban tidak mengurangi kecepatan tangan pria bernama lengkap Muhammad Salleh Fatani itu untuk menyulam kain Ka’bah.
Semenjak memegang jarum sulam itu, tidak ada perasaan yang dapat ia ungkapkan dengan kata, kecuali bahagia lantaran sebagian tenaga dan keringatnya dihabiskan untuk menghias kemegahan penutup Rumah Allah.
“Syukur alhamdulillah karena saya bekerja untuk Ka’bah,” ucap Fatani sembari tersenyum dan terus menyulam.
Hal serupa dilakukan puluhan pekerja lain yang bertugas di sebuah gedung departemen bordir emas di Kompleks “Masna’ Kiswatu Ka’bah” atau Pabrik Kiswah Ka’bah.
Di ruangan bordir itu tidak ada mesin-mesin canggih otomatis pencetak kaligrafi. Semua murni dikerjakan dengan tangan, huruf per huruf secara mendetail.
Masna’ Kiswatu Ka’bah berlokasi di wilayah Umm Al-Joud, Makkah atau 17 kilometer dari Pusat Kota Makkah.
Pabrik kiswah milik Pemerintah Arab Saudi yang dikelilingi pohon kurma itu mempekerjakan 220 pegawai, mulai dari divisi sulam, bordir, dekorasi, pewarnaan, hingga percetakan.
Khusus untuk divisi sulam emas melibatkan 100 seniman lebih yang memproduksi sebanyak 56 lembar ornamen sulaman untuk Kiswah Ka’bah.
Sebelum dikerjakan di divisi penyulaman, bahan-bahan benang sutera diproses terlebih dahulu di divisi pewarnaan.
Berbeda dengan ruangan bordir, memasuki ruangan ini tampak mesin-mesin berteknologi canggih berjajar mewarnai benang-benang sutra hingga memiliki warna putih berkilau lembut.
Untuk menjamin kualitas, sutra yang digunakan selalu diuji secara saksama sehingga dipastikan tahan terhadap risiko gesekan dan tahan kondisi iklim, bahkan yang paling ekstrem sekalipun.
Selain aspek keindahan, suhu panas ekstrem yang bisa mencapai 48 derajat celcius dan potensi terjamah tangan jutaan jamaah setiap tahun cukup menjadi alasan Kerajaan Saudi memilih bahan-bahan berkualitas tinggi.
Di ruangan berikutnya, suara deru mesin tenun merek ternama terdengar nyaring.
Melalui mesin canggih buatan Prancis itu, kain hitam bermotif ayat Al-Qur’an dicetak secara otomatis. Benang dari gulungan diproses menjadi kumparan, diputar, dan dirajut hingga
menghasilkan dua jenis kain.
Kain pertama terdapat salinan kalimat dan ayat Al-Qur’an, yang disebut kain bermotif, dan yang lainnya kain kosong untuk dibordir.
Â
Demi keindahan
Demi menghasilkan kiswah yang indah, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud menggelontorkan dana mencapai 25 juta riyal atau sekitar Rp10 miliar lebih setiap tahun untuk pembuatan penutup Ka’bah.
Tingginya biaya tersebut, antara lain, karena adanya bahan emas dan perak dengan jenis terbaik di dunia yang diimpor dari Jerman, serta benang sutra murni yang diimpor dari Italia.
“Ini adalah jenis sutra paling murni di dunia dan diimpor dari Italia,” kata Dirjen Kehumasan dan Media Majma’ Malik Abdul Aziz Ahmad Al-Suheiry.
Bahan emas dan perak yang digunakan mencapai 220 kilogram (kg) yang terdiri dari 120 kg emas, dan 100 kg perak, serta 760 kg benang sutra.
Kerajaan Arab Saudi tidak ingin setengah-setengah dalam pembuatan kiswah karena berpegang prinsip bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Indah dan menyukai keindahan.
Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mendanai pembuatan kiswah juga sekaligus menggambarkan perhatian besar Kerajaan Arab Saudi terhadap penutup Ka’bah.
Ditulis dalam buku “The Power of Ka’bah” bahwa, yang kali pertama memberikan kiswah ini adalah Nabi Ismail. Namun, ada pula yang mengatakan seorang penguasa dari Yaman yaitu As’ad Al-Humairi.
Pada masa Islam, Rasulullah-lah yang ksli pertama menutupi Ka’bah dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah atau sahabatnya.
Bukan sekadar kain penutup
Kain kiswah Ka’bah diganti setiap 9 Dzulhijjah atau kala seluruh jamaah haji tengah berjalan kaki untuk melakukan wukuf di Padang Arafah sehingga setiap hari raya Idul Adha, kiswah Ka’bah lama telah berganti dengan yang baru.
Kiswah yang lama tidak dilelang atau dibagikan kepada jamaah haji, melainkan segera disimpan di museum kedutaan-kedutaan Arab Saudi di berbagai negara.
Mengunjungi pabrik tempat pembuatan kiswah membuka cakrawala bahwa penutup Ka’bah yang berukuran 6,3 meter x 3,3 meter itu bukan sekadar penutup biasa.
Di balik kaligrafi indah ayat-ayat Al-Quran dan Asmaul Husna (nama-nama Allah) dengan khat (aksara) Tsulutsi, ternyata ada ratusan seniman dengan keahlian khusus di bidang sulam dan kaligrafi yang berkolaborasi melakukan kerja-kerja manual dengan tangan secara mendetail.
Khat Tsulutsi adalah aksara atau font Arab paling tua, paling bagus, dan rumit.
Butuh proses panjang atau sekitar 8 sampai 10 bulan untuk menuntaskan seluruh bagian dari satu kiswah itu.
Setidaknya ada lima bagian kain kiswah Ka’bah yang disiapkan. Empat di antaranya untuk penutup empat sisi Ka’bah dan satu bagian untuk tirai pintu Ka’bah.
Semakin mendekat dengan khat atau aksara emas pada kiswah Ka’bah akan semakin jelas bahwa setiap baris dan titik memiliki cerita dan sentuhan khas tersendiri karena masing-masing ditulis dengan cara dan keahlian yang spesifik.
Editor: Achmad Zaenal M
Â
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024