Densus 88 Antiteror Polri telah menangkap satu tersangka teroris di Sambas, Kalimantan Barat, dan lima tersangka teroris di Sumatera Selatan. Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri sedang melakukan penegakan hukum terhadap tersangka tindak pidana teroris di wilayah Sambas, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan (Sumsel). Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) DivHumas Polri, Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan, mengatakan, “Densus 88 Antiteror Polri menangkap satu tersangka teroris di Sambas, Kalimantan Barat, dan lima tersangka teroris di Sumatera Selatan.” Jenderal polisi bintang satu itu menyebut para tersangka tindak pidana teroris yang ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri itu berasal dari jaringan berbeda, yakni Anshor Daulah (AD) dan Jamaah Islamiah (JI). Ramadhan belum mengungkap siapa saja inisial tersangka tindak pidana teroris yang ditangkap tersebut termasuk peran-perannya, karena masih dalam pemeriksaan intensif oleh penyidik Densus 88 Antiteror Polri. “Penyidik Densus masih bekerja di lapangan untuk mengumpulkan semua keterangan dan barang bukti,” ujarnya. Penangkapan seorang laki-laki tersangka dugaan tindak pidana terorisme di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat berlangsung pada Kamis, pukul 06.00 WIB. Penegakan hukum terhadap terorisme menjadi perhatian serius Polri sebagaimana diamanatkan oleh Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo dalam apel gelar pasukan Operasi Mantap Brata 2023-2024 di Lapangan Monas, Selasa (17/10). Dalam amanatnya, Kapolri menyampaikan seluruh jajaran kepolisian yang terlibat pengamanan harus mampu mengantisipasi serangan teroris, dicegah sebelum melakukan aksi. Karena, kata dia, pada penyelenggaraan Pemilu 2019 terdapat enam aksi serangan teror yang terjadi. “Dan ini tidak boleh terjadi di Pemilu 2024,” kata dia. Mantan Kabareskrim Polri itu mengingatkan konflik antara Hamas dan Israel juga meningkat bisa berdampak di Tanah Air, sehingga harus diantisipasi pula terhadap aksi-aksi di masyarakat. “Terlebih saat ini perang antara Hamas dengan Israel sedang bereskalasi di mana hal ini dapat berdampak terhadap situasi di dalam negeri,” kata Sigit. Dalam mengantisipasi terjadinya aksi teror, Sigit meminta jajaran untuk mengoptimalkan preventive strike, yakni teknik pencegahan dengan aksi penindakan. “Optimalkan preventive strike agar pelaku teror bisa ditangkap sebelum melancarkan aksinya sehingga kita bisa memastikan dan meminimalkan tidak ada letupan sekecil apapun pada Pemilu 2024,” ujar Sigit.