Megengan adalah tradisi khas masyarakat Jawa Timur dalam menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini dilakukan untuk mengekspresikan rasa syukur atas kesempatan bertemu kembali dengan bulan suci. Salah satu ciri khas dari Megengan adalah sajian kue apem dan pisang.
Dalam bahasa Jawa, kata “Megengan” berasal dari kata “megeng” yang artinya “menahan.” Hal ini sesuai dengan esensi Ramadan di mana umat Muslim menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Tradisi ini juga memiliki makna spiritual sebagai doa agar seseorang tetap dalam keadaan baik selama menjalani ibadah puasa.
Megengan biasanya dilakukan beberapa hari sebelum bulan Ramadan dimulai, seringkali pada minggu terakhir bulan Syaban. Saat pelaksanaan Megengan, masyarakat berkumpul untuk berdoa bersama dan berbagi makanan dengan sesama.
Kegiatan yang dilakukan saat Megengan melibatkan berkumpul di masjid, mushola, atau rumah tertua untuk berdoa bersama dan makan bersama. Selain itu, masyarakat juga sering membagikan makanan kepada tetangga dan kerabat sebagai tanda persahabatan. Kue apem dan pisang adalah hidangan khas dalam Megengan.
Kue apem diyakini melambangkan permohonan maaf atas kesalahan yang telah diperbuat sebelum Ramadan, sedangkan pisang melambangkan pentingnya memanfaatkan kesempatan untuk berbuat baik selama hidup. Tradisi Megengan bukan sekadar acara makan bersama, tetapi memiliki makna mendalam dalam masyarakat Jawa Timur. Melalui Megengan, selain mempersiapkan diri untuk Ramadan, masyarakat juga mempererat silaturahmi dan menguatkan nilai-nilai kebersamaan.