Setiap hewan memiliki karakteristiknya masing-masing. Kendati demikian, sepanjang sejarah ada banyak hewan yang dikaitkan dengan kematian dan nasib buruk. Lantas hewan apa saja yang dianggap simbol kematian oleh manusia di berbagai budaya? Berikut adalah daftar hewan-hewan tersebut, mengutip dari Live Science.
1. Burung Enggang
Burung enggang dinilai sebagai hewan pembawa kematian dan kehancuran di sembilan negara di Afrika bagian selatan dan timur. Hal ini diketahui dari survei tahun 2014 terhadap 98 orang yang dijelaskan dalam Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. Di beberapa negara seperti Zimbabwe, Malawi, dan Tanzania, burung enggang dianggap sebagai simbol kematian dan pembawa jiwa yang mati.
2. Capung
Di Jepang, capung merah muncul pada festival musim panas Obon, yang merayakan kembalinya arwah orang mati mengunjungi orang yang mereka cintai. Capung merah dipandang sebagai pembawa pesan arwah ini.
3. Burung Nesar
Mesir kuno memandang burung nasar sebagai lambang dewa, maut, atau “ibu dari semua”. Beberapa budaya, seperti komunitas Zoroaster di India (Parsis) dan umat Buddha Vajrayana di Tibet, menggunakan burung nasar untuk memakan mayat dalam praktik penguburan langit.
4. Kelelawar
Di kebudayaan Māori di Selandia Baru, kelelawar dikaitkan dengan hokioi, mitos burung nokturnal yang dikatakan meramalkan kematian. Ada pula legenda yang menyebutkan bahwa burung hokioi hanya terdengar pada malam hari, dan diyakini sebenarnya adalah burung elang Haast yang telah punah.
5. Burung Hantu
Burung hantu adalah simbol kematian dalam banyak kebudayaan karena keaktifannya pada malam hari. Dalam mitologi Romawi, suara burung hantu dikaitkan dengan kematian yang akan segera datang.
6. Burung Gagak
Gagak adalah simbol pertanda pertumpahan darah dalam cerita rakyat Irlandia. Dalam mitologi, gagak merupakan burung yang sangat cerdas dan dapat memprediksi kematian.
7. Tikus
Tikus dikaitkan dengan kematian karena merupakan pembawa banyak patogen, termasuk penyebab Kematian Hitam pada abad ke-14 di Eropa. Meskipun penelitian terbaru menunjukkan bahwa tikus bukanlah vektor penyakit utama.
Artikel ini disunting oleh Hestina Schipani Yasman.