Surabaya (beritajatim.com) – Pada hari Jumat (23/02), nama Karina Aespa menjadi perbincangan hangat di media sosial. Tagar #RespectForKARINA pun menjadi trending di Twitter dengan lebih dari 14.000 tweet, menandakan dukungan para penggemar aespa, yang dikenal sebagai MYs.
Tren ini dimulai dari perhatian penggemar terhadap perlakuan yang berbeda terhadap Karina di akun resmi WEIBO (platform blog Cina) aespa. Meskipun gambar semua anggota aespa secara teratur diunggah, gambar Karina tidak ditemukan di akun tersebut. Penggemar mempertanyakan keterlambatan atau bahkan ketiadaan konten Karina di platform tersebut.
Sejumlah keluhan juga muncul terkait keamanan Karina saat tampil di atas panggung, kurangnya pemeriksaan kostum sebelum pertunjukan, dan keterlambatan rilis materi.
“Tidak ada kostum baru, tidak ada kolaborasi baru, tidak ada solo vlogs, menghadapi kebencian sendiri tanpa perlindungan dari agensi, terlewat dua acara yang harusnya ia hadiri. Karina pantas mendapatkan yang lebih baik,” cuit akun @rinxxxx.
Penggemar juga mencatat beberapa dugaan perlakuan kurang baik terhadap Karina, seperti tidak mendapatkan kostum baru dalam konser, risiko pakaian berbahaya, kurangnya perlindungan terhadap ancaman, serta proyek yang hanya didukung oleh tim aespa China.
Berbagai bukti yang berupa foto-foto Karina di atas panggung menunjukkan ketidakperhatian terhadap detail kostum atau bahkan potensi bahaya yang dapat dialaminya. Penggemar mengecam situasi ini dengan tagar #RespectForKarina dan secara langsung menyebut akun resmi agensi aespa, @SMTOWNGLOBAL.
Karina sendiri, seorang mantan ulzzang, aktif di media sosial sebelum bergabung dengan SM Entertainment pada tahun 2016 melalui audisi Instagram. Dia terkenal bukan hanya karena wajah cantiknya, tetapi juga bakat menarinya yang telah terlihat sejak dia bersekolah di SMA Hansol.
Pada Oktober 2020, Karina diumumkan sebagai anggota aespa oleh SM Entertainment sebelum resmi debut pada November dengan single “Black Mamba”.
Dukungan terus mengalir untuk Karina aespa, dengan penggemar menuntut perlakuan yang lebih baik dan profesionalisme yang lebih tinggi dari tim manajemen. Situasi ini menjadi sorotan karena mencerminkan isu-isu yang seringkali terabaikan di balik gemerlap industri hiburan. (mnd/ian)
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks