More

    Diberkati oleh Taylor Swift, Singapura Meraih Rezeki Melimpah

    Singapura resmi menjadi satu-satunya negara yang disambangi konser “Taylor Swift: The Eras Tour 2024” di Asia Tenggara hingga saat ini. Diketahui, penyanyi asal Amerika Serikat (AS) itu akan konser selama enam hari di Negeri Singa, yakni pada 2, 3, 4 dan 7, 8, 9 Maret 2024. Berkat konser penyanyi “All Too Well” itu, negara tetangga RI itu mengalami lonjakan pemesanan hotel sebesar 10 persen dengan dampak ekonomi yang diperkirakan sangat besar. Taylor Swift diperkirakan “memberikan” keuntungan antara US$260,3 juta hingga US$371,9 juta atau sekitar Rp4,09 triliun hingga Rp5,84 triliun (asumsi kurs Rp15.715/US$).

    Secara tidak langsung, Taylor Swift tidak hanya menarik para pelancong untuk menghadiri konser musiknya, tetapi juga mendatangi roda perekonomian Singapura lainnya, seperti restoran, pusat perbelanjaan, hingga destinasi wisata. Hal ini berperan dalam kemajuan ekonomi Singapura. Diketahui, penyanyi berusia 34 tahun itu memiliki penggemar dari hampir seluruh belahan dunia, termasuk negara-negara tetangga Singapura. Maka dari itu, tak heran jika Singapore Airlines dan Scoot mengalami lonjakan pemesanan.

    Tidak hanya maskapai penerbangan, industri perhotelan pun turut mendapatkan “rezeki nomplok” dengan memberikan berbagai penawaran. Sebagai contoh, Hilton bermitra dengan Kallang Alive Sport Management untuk menawarkan pengalaman eksklusif yang meningkatkan status Singapura sebagai tujuan hiburan utama.

    Singapura mengalami peningkatan jumlah pengunjung sebesar 115% dari 6,3 juta pada tahun 2022 menjadi 13,6 juta pada tahun 2023. Jumlah tersebut memenuhi perkiraan Singapore Tourism Board (STB) yaitu antara 12 juta dan 14 juta pengunjung pada tahun 2023. Peningkatan kedatangan pengunjung didorong oleh kuatnya permintaan dari gabungan pasar utama Singapura, yang dipimpin oleh Indonesia (2,3 juta), China (1,4 juta), dan Malaysia (1,1 juta). Pasar utama lainnya termasuk Australia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

    Konser-konser besar juga mendorong pemulihan ekonomi Singapura pasca-pandemi dan keunggulannya sebagai pemain pertama dalam industri hiburan. Strategi ekonomi konser ini meningkatkan daya tarik Singapura sebagai tujuan wisata dan menyumbang hingga 10% Produk Domestik Bruto (PDB)-nya. Pergeseran menuju acara musik berskala besar ini merupakan bukti kemampuan adaptasi negara kota ini dan komitmennya untuk mendiversifikasi penggerak perekonomiannya. Diketahui, perekonomian Singapura tumbuh 1,1% pada tahun 2023, direvisi sedikit dari perkiraan awal bulan Januari sebesar 1,2%, berdasarkan data Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI).

    Singapura Primadona, Bagaimana dengan RI?
    Selain Taylor Swift, Singapura juga akan kedatangan penyanyi internasional lain, seperti Bruno Mars dan Rod Stewart pada tahun ini. Profesor pendidikan marketing dari Singapore Management University, Dr Seshan Ramaswami, menjelaskan bahwa konser Taylor Swift dan Coldplay merupakan langkah besar untuk menjadikan Singapura sebagai panggung esar di dunia internasional. “Ini akan menanamkan image Singapura sebagai pusat pariwisata pecinta musik generasi muda dari berbagai penjuru dunia, termasuk Timur Tengah,” tutur Ramaswami, dikutip dari Straits Times, Rabu (6/3/2024).

    Dalam jangka panjang, terpilihnya Singapura sebagai pilihan banyak musisi dunia mendekatkan mimpi Negeri Singa untuk menjadi “hub konser” di Asia Tenggara. Lantas, apa yang membuat Singapura menjadi pilihan banyak musisi dunia? Jawabannya adalah infrastruktur yang memadai dan peran besar pemerintah. Meski hanya memiliki penduduk dengan jumlah sekitar enam juta dan luasnya hanya 743,3 km², Singapura dilengkapi infrastruktur memadai mulai dari bandara, stadion, transportasi umum, dan perhotelan.

    Lokasi Singapura juga berada di tengah-tengah Asia Tenggara yang memudahkan negara lain, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina mengunjungi negara tersebut. Namun, infrastruktur yang memadai tak akan efektif tanpa dukungan besar pemerintahnya. Singapore Tourism Board (STB) merupakan motor dibalik utama munculnya Singapura sebagai tujuan utama pariwisata, pertemuan, hingga konser. Badan yang berdiri pada 1964 ini juga memberikan banyak insentif untuk mendukung industri hospitality serta pariwisata.

    Setelah industri pariwisata dan sektor jasa Singapura terimbas parah oleh pandemi Covid-19, STB meluncurkan program bernama Singapore Incentives & Rewards (INSPIRE Global 2.0). Ada puluhan insentif yang dikeluarkan termasuk Business Event in Singapore (BEiS) dan Singapore MICE Advantage Programme (SMAP). BEiS membantu perusahaan dan event organizer dalam mengamankan venue, marketing dan publicity, hingga pendanaan untuk perusahaan tertentu. Sementara itu, SMAP juga akan membantu penyelenggara dalam melancarkan acara, memberi diskon, hingga keistimewaan dengan sejumlah partner mereka, seperti Singapore Airlines, Changi Airport Group, Jet Quay, Star Hub, NETS, Sentosa, dan Grab.

    Berbanding terbalik dengan Singapura, Indonesia masih berjuang keras mendatangkan artis berkaliber internasional. Coldplay hanya menggelar konser satu hari di Jakarta pada November 2023. Tahun ini, memang ada Ed Sheeran yang akan konser Maret mendatang. Namun, selebihnya belum ada yang mengumumkan konser di Jakarta. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno pun meminta maaf karena Indonesia gagal menarik Taylor Swift untuk menggelar konser di Tanah Air. Penyanyi terkaya di dunia itu hanya mampir ke Singapura untuk menggelar konser selama enam hari. Pada November 2023 lalu, Sandiaga Uno, menargetkan keuntungan Indonesia hingga US$75 juta atau sekitar Rp1,17 triliun dari konser Coldplay. Bayangkan jika Coldplay konser selama enam hari di Jakarta maka keuntungan akan berkali lipat.

    Source link