More

    KH. Ali Maksum, Ulama NU yang Bersemangat Modernis

    KH. Ali Maksum, seorang tokoh ulama NU, dikenal sebagai sosok modernis yang aktif mendorong Khittah NU dan mendukung pandangan serta perilaku Gus Dur. Ali Maksum juga berperan sebagai pelindung spiritual Gus Dur, terutama dalam menghadapi sikap para kiai yang tidak setuju dengan kepemimpinan Gus Dur.

    Selain itu, Ali Maksum juga memiliki pemikiran maju sejak belajar di Pesantren Termas, salah satunya dengan memperkenalkan sistem madrasah yang lebih formal di pesantren tersebut. Gagasan-gagasan yang dimilikinya tentang pendidikan Islam di Indonesia sangat berharga, baik untuk pesantren maupun madrasah, karena dapat membantu memodernisasi pendidikan Islam sehingga sejajar dengan pendidikan formal.

    Pesantren merupakan model pendidikan khas Indonesia yang tumbuh bersama masyarakat dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan masyarakat serta memberikan nilai-nilai yang membentuk budaya.

    Dalam konteks ini, gagasan-gagasan Ali Maksum tentang pendidikan Islam sangat penting untuk pengembangan pendidikan di masa depan, terutama dalam model berasrama. Tulisan ini bertujuan untuk melihat pemikiran Ali Maksum tentang pendidikan agama, terutama dalam kepemimpinannya di pesantren Krapyak dan keterkaitannya dengan NU.

    Ali Maksum lahir pada 15 Maret 1915 di Lasem, Jawa Tengah, dan orang tuanya merupakan keluarga terkemuka di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Ali mendapatkan pendidikan agama di pesantren sejak kecil dan kemudian dikirim ke Pesantren Termas di Pacitan pada tahun 1927. Ia memiliki kemampuan bahasa Arab yang unggul dan pengetahuan langka di pesantren.

    Setelah kembali dari menuntut ilmu agama di Mekkah, Ali Maksum berusaha membangun pesantren al-Hidayah yang hampir gulung tikar. Namun, dalam waktu dua tahun, usahanya berhasil dan ia mulai mengasuh pesantren Krapyak di Yogyakarta.

    Ali Maksum berhasil mengubah pesantren Krapyak yang sebelumnya mengalami penurunan menjadi salah satu madrasah berkualitas dengan menambahkan sistem pendidikan formal mulai dari TK hingga MA. Hal ini menjadikan pesantren tersebut berkembang menjadi salah satu pesantren besar di Jawa Tengah.

    Aktivitas Ali Maksum di NU dimulai pada tahun 1943 dan semakin intensif pada tahun 1950-an. Dia aktif dalam kampanye NU pada Pemilu 1955 dan menjadi wakil di Konstituante. Ali Maksum juga terlibat dalam kegiatan NU di Yogyakarta dan menjadi Rais Syuriah NU DIY setelah peristiwa G30S PKI.

    Ali Maksum terpilih sebagai Rais Am NU pada tahun 1981 dan berperan dalam menjaga keadilan serta menjadikan NU mempertahankan syariat Islam. Meskipun tidak menjadi Rais Am lagi, pengaruhnya di NU semakin meningkat dan ia mendukung Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum PBNU.

    Ali Maksum memiliki pandangan yang maju tentang mencari ilmu, di mana ia menekankan pentingnya proses belajar dan pemenuhan gizi yang baik. Ia memilih menggunakan metode pendidikan modern di pesantren Krapyak dan mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal.

    Ali Maksum juga merupakan seorang guru yang sibuk dengan aktivitas di NU serta memberikan pengajaran di pesantren Krapyak. Ia menekankan pemahaman terhadap isi kitab daripada banyaknya materi, serta mengupas setiap kalimat dari segi nahwu, sharaf, dan balaghahnya.

    Model pengajaran yang diperkenalkan oleh Ali Maksum berbeda dengan pesantren tradisional lainnya, karena menekankan kemajuan belajar berdasarkan pemahaman dan pengetahuan yang diperoleh santri. Ali Maksum juga menjadi dosen tetap di Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, serta aktif memberikan pengajaran kepada masyarakat dan santrinya.

    Pada akhirnya, Ali Maksum meninggal pada Desember 1989 setelah sakit untuk keempat kalinya. Masa jabatannya ditandai oleh peristiwa penting seperti penerimaan Pancasila oleh NU dan pengunduran diri dari politik praktis. Kematian Ali Maksum meninggalkan kesan yang mendalam bagi warga NU dan umat Islam Indonesia.

    Source link