Penguatan nilai tukar rupiah diprediksi akan terus berlanjut, dipengaruhi oleh pernyataan dovish dari Kepala Federal Reserve, Jerome Powell. Perubahan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dari 2,1 persen menjadi 1,7 persen oleh Powell, serta kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, turut menjadi faktor yang mendukung penguatan rupiah. Meskipun demikian, kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi domestik yang belum pulih dan permasalahan seperti pembekuan sementara perdagangan saham oleh BEI akibat penurunan IHSG lebih dari 5 persen, serta isu-isu lainnya seperti defisit anggaran dan kekhawatiran investor, membuat pergerakan nilai tukar rupiah masih harus diperhatikan. Dalam pembukaan perdagangan hari Kamis, rupiah bergerak di kisaran Rp16.400-Rp16.550 per dolar AS, menandakan pelemahan sebesar 38 poin atau 0,23 persen dibanding sebelumnya. Pasar juga memperhatikan kemungkinan pengumuman pemangkasan suku bunga selama semester kedua tahun ini oleh The Fed. Semua faktor tersebut akan terus mempengaruhi nilai tukar rupiah, dengan harapan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat terkait kondisi pasar ke depan.