More

    Solusi Cari Kerja untuk Korban PHK Umur 50 di Job Fair

    - Advertisement -
    - Advertisement -

    Ratusan pencari kerja memadati Smesco Indonesia pada Rabu (16/4/2025), mengikuti Mega Career Expo 2025 yang digelar oleh JobStreet by SEEK. Di tengah kemeriahan booth perusahaan dan sesi konsultasi karier, terdengar kisah-kisah yang lebih dalam dari sekadar “sedang mencari kerja.” Banyak dari mereka datang sebagai korban PHK dan efisiensi.

    Dadung Welang (50 tahun) sebelumnya bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan swasta. Tahun lalu, ia diberhentikan dengan alasan efisiensi. “Bahasanya bukan dipecat, tapi efisiensi,” tuturnya pelan. “Saya masih kuat, masih sehat, tapi karena usia sudah 50 tahun, dianggap nggak produktif lagi.”

    Nasib tak jauh berbeda dialami Annisa (29 tahun), yang terkena PHK dari sebuah perusahaan multi telekomunikasi asal China. Ia mengaku sistem rekrutmen yang sarat nepotisme membuat proses pencarian kerja menjadi sangat menantang. “Sekarang bukan cuma soal skill, tapi relasi. Sehebat apapun kita, kalau nggak punya orang dalam, tetap susah masuk,” ujarnya.

    Sejak PHK tiga bulan lalu, Annisa memilih fokus memperdalam kemampuan digital marketing dan mencoba semua peluang yang tersedia, termasuk melamar langsung di Mega Career Expo ini. “Ya sekarang mencoba skill baru yang lebih baik dan harapannya bisa diterima di perusahaan yang saya inginkan nantinya,” kata Annisa.

    Intan (24 tahun), fresh graduate jurusan manajemen keuangan, sudah enam bulan mencari kerja sejak lulus. Dunia kerja, menurutnya, jauh dari ekspektasi. “Banyak yang nyari kandidat berpengalaman, padahal kami baru lulus. Ya sudah, sekarang apapun diterima, yang penting dapat pengalaman dulu,” ujarnya. Ia berharap bisa mulai dari perusahaan startup yang lebih terbuka pada pemula.

    Senior Marketing Manager JobStreet by SEEK, Annisa Thabiina mencatat, 4.000 pencari kerja mendaftar untuk acara satu dua hari ini. Namun ia memprediksi akan ada 6.000 penacari kerja yang akan hadir.

    Di tengah antrean dan selebaran lowongan, para pencari kerja membawa satu hal yang tak bisa dicetak di CV: ketahanan. Meskipun menghadapi ketidakpastian, semangat untuk bangkit tetap ada. Mereka datang bukan hanya untuk mencari kerja, tapi untuk menyusun ulang arah hidup. Angka pengangguran yang tinggi menunjukkan bahwa ribuan orang seperti Annisa, Eko, Intan, dan Pak Dadung bukan pengecualian, tapi cerminan realitas.

    Source link

    - Advertisement -