Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Bandung Barat dan Subang, Jawa Barat, masih menunjukkan aktivitas gempa berfrekuensi rendah (Low-Frequency/LF) dan gempa Tremor Menerus. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengatakan bahwa hasil pemantauan rekaman kegempaan menunjukkan penurunan aktivitas vulkanik sejak 1 Juni 2025. Meskipun tingkat aktivitas masih dalam kategori Normal (Level I), pihak Badan Geologi terus mengirim tim untuk memantau kondisi di Gunung Tangkuban Parahu.
Rekaman gempa hembusan dan Low-Frequency masih tinggi, menunjukkan kemungkinan perubahan dalam aktivitas vulkanik. Meskipun demikian, Badan Geologi menegaskan bahwa pengukuran gas belum menunjukkan perubahan signifikan dalam komposisi gas vulkanik. Wafid juga mengungkapkan bahwa pengamatan visual di kawasan kawah seperti Kawah Ratu dan Kawah Ecoma menunjukkan aktivitas asap putih dengan ketinggian berkisar antara 5 hingga 150 meter dari dasar kawah.
Meskipun jumlah gempa telah mengalami penurunan, Pola inflasi yang terdeteksi masih mengindikasikan tekanan pada kedalaman dangkal di bawah gunung api. Wafid tetap meminta masyarakat dan para pengunjung untuk tetap waspada dan menjauhi area dasar kawah. Evaluasi aktivitas Gunung Tangkuban Parahu akan terus dilakukan secara berkala, dengan harapan agar seluruh pihak dapat tetap tenang dan mengikuti informasi resmi terkait kondisi gunung tersebut. Gunung Tangkuban Parahu, sebagai gunung api aktif, memiliki sejarah erupsi freatik yang terjadi di Kawah Ratu dan Kawah Upas, dengan yang terakhir tercatat pada tahun 2019.