Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam perolehan suara dalam hitungan hari terakhir. Hal ini menimbulkan dugaan adanya manipulasi suara yang mencuat ke permukaan.
Pada Kamis 29 Februari 2024 pukul 07.00 WIB, data dari situs real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa suara PSI masih berada di bawah 3%, tepatnya 2,85%, berdasarkan suara yang telah masuk sebanyak 65,48% (539.043 dari 823.236 TPS). Namun, keesokan harinya, yaitu pada 1 Maret, persentase suara PSI naik menjadi 3% dari total suara yang masuk sebesar 65,62%.
Peningkatan suara PSI terus berlanjut hingga mencapai angka 3,13%, berdasarkan data terbaru pada Senin 4 Maret pukul 18.00 WIB, dengan persentase suara yang telah masuk sebanyak 65,86% (542.215 dari 823.236 TPS). Namun, meskipun suara PSI terus bertambah, partai ini masih membutuhkan peningkatan agar dapat mencapai ambang batas parlemen sebesar 4% dan mendapatkan kursi di DPR RI.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy, menduga bahwa lonjakan suara PSI terjadi melalui sistematis, terstruktur, dan massif (TSM). Dia menyebut adanya indikasi penggeseran suara tidak sah menjadi sah untuk mendukung PSI, sehingga merugikan perolehan suara partai politik lainnya.
Romy menyoroti bahwa persentase suara yang begitu tinggi untuk PSI tidak masuk akal, mengingat bahwa partai tersebut relatif baru dan minim sosialisasi kepada pemilih. Untuk menyelidiki dugaan tersebut, Romy mendorong agar partainya membawa masalah ini sebagai materi hak angket, dan meminta pemanggilan seluruh aparat negara yang terlibat dalam proses Pemilu untuk mengungkap kebenaran.
DPR diminta untuk mengambil langkah cepat dan tegas dalam menghentikan praktik kecurangan dalam Pemilu dengan menggunakan hak angket.